Kamis, 05 Juli 2012

Waspadai ancaman dehidrasi selama kemarau


Jakarta (ANTARANews) - Musim kemarau yang panjang dari April hingga September mesti diwaspadai karena membawa ancaman dehidrasi, terutama pada masyarakat yang banyak aktifitas namun asupan minumannya kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.

“Kekurangan cairan akan menyebabkan dehidrasi. Untuk menghindari hal ini, asupan cairan haruslah seimbang antara yang keluar dengan yang masuk,” kata pakar kesehatan dari  Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negri Jakarta (FIK UNJ) Dr Arie Sutopo SpKO kepada ANTARA beberapa waktu lalu.

Menurut Arie, dehidrasi bisa mengakibatkan sakit kepala, pusing, lesu, murung, daya respons rendah, saluran hidung kering, bibir kering dan pecah-pecah, urin berwarna terlalu kuning atau gelap, tubuh lemah, letih, dan halusinasi.

Jika tidak cepat diatasi, maka akan mengakibatkan susah keluar, gagal ginjal dan tubuh tidak mampu membuang sisa-sisa proses metabolisme yang beracun, bahkan pada kondisi ekstrem bisa pingsan, katanya merujuk hasil penelitian “The Indonesia Regional Hydration Study (THIRST)” tahun 2009
yang merupakan hasil kerjasama Fakultas Ekologi Manusia IPB, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR,  dan Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS.

“Hasil penelitian itu menunjukkan, tanpa air manusia hanya bisa bertahan hidup selama saembilan sampai 10 hari, sedangkan tanpa makanan selama 45-65 hari,” katanya sambil menambahkan tubuh manusia memerlukan setidaknya 2.000 cc cairan per hari untuk kondisi normal.

Ia juga menganjurkan perlunya mengkonsumsi 1,5 hingga 2 liter air atau berbagai jenis cairan setiap hari.

Mereka yang dianjurkan minum sebanyak itu adalah yang kurang beraktifitas fisik, seperti manula, berada dalam suhu atau cuaca dingin, dan orang yang banyak mengkonsumsi makanan berair. Konsumi lebih dari dua liter cairan per hari dibutuhkan untuk mereka yang beraktifitas fisik tinggi atau
berada dalam cuaca panas.

Khusus atlet dan pekerja luar ruangan dianjurkan meminum 2.000 – 5.000 cairan per hari, sementara untuk atlet yang aktifitasnya dalam ruang dan aktivitas fisiknya tidak tinggi (seperti bridge) bisa meminum 2.000 cc cairan per hari.

Untuk atelt yang melakukan aktifitas fisik tinggi seperti pembalap sepeda jarak jauh dan dalam cuaca panas memerlukan asupan cairan lebih banyak, bisa mencapai 5.000 cc per hari.

Dr Arie menjelaskan, cairan memiliki arti lebih luas. Selain air murni, cairan untuk kebutuhan tubuh juga mencakup makanan, jus, teh, susu, minuman ringan, bahkan jenis makanan  dengan komposisi air tinggi seperti sup.

Sementara air segar adalah minuman sehat alami karena tidak mengandungkalori dan mengandung fluoride yang baik untuk gigi, sedangkan susu termasuk penting (khususnya untuk anak-anak) yang juga dikenal berfungsi sebagai antioksidan.

Bahkan, berbagai minuman ringan seperti minuman bersoda juga menjadi pemasuk cairan bagi tubuh untuk menanggulangi dehidrasi.

Beverage Institute For Health and Wellness menyebutkan, tubuh juga memerlukan minuman mengandung kalori dan gula, terutama bagi mereka yang beraktifitas tinggi.

“Jadi, apapun jenis minumannya, itu sangat penting bagi tubuh, baik berupa air putih ataupun minuman bersoda yang memiliki rasa menarik dan segar. Tidak ada pantangan asal disesuaikan dengan keluarnya cairan dan masuknya cairan dalam tubuh kita,” demikian Arie Sutopo.  (A015)

sumber: antaranews

0 komentar:

Posting Komentar