Ibu hamil yang sejak awal kehamilannya sudah bermasalah, misalnya menderita mual dan muntah berat (hiperemsis gravidarum) atau pun menderita penyakit kronis sebelum kehamilan disarankan untuk tidak berpuasa karena akan membahayakan ibu dan janinnya.
Menurut Profesor Ilham Oetama Marsis, Sp.OG, selama kehamilan tubuh mengalami berbagai macam adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehamilannya dan sebagai persiapan saat persalinan. Berbagai fungsi organ juga mengalami perubahan, baik sistem jantung dan pembuluh darah, pencernaan, pernapasan dan sitem organ lainnya.
"Beberapa penelitian menyebutkan bahwa puasa tidak memengaruhi indeks massa tubuh ibu, tetapi perlu diperhatikan indeks massa tubuh ibu hamil itu sendiri, baik sebelum hamil atau sebelum ia menunaikan puasa," kata Prof.Ilham.
Ibu hamil yang terlalu kurus atau status gizinya kurang baik, sebaiknya menunda dulu keinginannya untuk berpuasa. Berat janin juga menjadi pertimbangan sebelum calon ibu memutuskan berpuasa.
Penelitian yang dilakukan tim dari Universitas King Saud Arab Saudi tahun 2010 terhadap bayi yang lahir dari ibu yang menunaikan ibadah puasa menunjukkan terjadi penurunan berat plasenta dari ibu hamil yang berpuasa pada trimester dua dan tiga kehamilan. Meski begitu secara umum hal tersebut tidak memengaruhi berat lahir bayi dan kondisi kesehatan bayi secara umum.
"Namun pada ibu yang menderita penyakit kronis sebelumnya terjadi perubahan kondisi plasenta," kata guru besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin selama ibu berpuasa, selain waktu sahur dan berbuka ibu hamil juga disarankan untuk mengasup makanan tambahan di sela waktu tarawih dan sebelum tidur. Saat berbuka dan sahur konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, serta vitamin dan mineral, agar kuat berpuasa.
sumber: kompas
0 komentar:
Posting Komentar