Kamis, 05 Juli 2012

Awas, jangan gunakan rok mini di Kashmir

Peta daerah Kashmir, negara bagian Jammu, India. (worldatlas.com) 

Jakarta (ANTARA News) - Suatu kelompok militan di Kashmir India memperingatkan turis untuk tidak mengenakan rok mini atau pakaian seksi lainnya. 


Peringatan itu mereka nyatakan seiring meningkatnya jumlah turis ke wilayah sengketa India-Pakistan tersebut.



Para pelancong berdatangan kembali ke wilayah yang dikuasai India tersebut seiring menurunnya kekerasan separatis dalam dua tahun tahun terakhir.  



Wilayah  dengan penduduk mayoritas Muslim tersebut sebelumnya mengalami kehancuran industri pariwisata akibat kekerasan yang terjadi.



Kashmir yang terkenal dengan rumah apung, danau yang tenang dan gunung-gunung yang menjulang tinggi, tetapi beragam konflik terus bermunculan dalam upaya melepaskan diri dari pemerintahan India.



"Turis, kebanyakan dari luar negeri, menggunakan rok mini dan pakaian sejenisnya, yang bertentangan dengan etika dan budaya lokal," kata juru bicara Jamaat-e-Islami Zahid Ali kepada AFP .



"Tamu sebaiknya menghormati tuan rumah. Keuntungan yang didapat sedikit, tetapi negara tidak bisa berkompromi berkenaan dengan moral dan membahayakan generasi masa depan," tambah dia.



Jamaat-e-Islami yang beberapa waktu lalu meninggalkan aliansi separatis Kashmir, pekan lalu  meminta dewan pariwisata mendukung sikap mereka serta meminta dewan pariwisata  memberitahu para turis agar tidak menimbulkan kemarahan dari kelompok lokal.



"Kami meminta kepada pejabat berwenang untuk tidak mendorong agresi budaya terhadap Muslim Kashmir dan menentang orang yang mempertontonkan kevulgaran dan kegiatan tak bermoral lainnya," kata Ali.



Perempuan Kashmir yang sering tidak menggunakan burka pada masa lalu menjadi sasaran pelemparan cairan asam di wajah mereka dalam kampanye menegakkan aturan berpakaian sesuai ajaran agama.



Kelompok radikal Dukhtaran-e-Millat pernah memaksakan berpakaian cara Islam pada 1990 setelah meletusnya pemberontakan pertama.



Banyak bioskop, toko minuman keras, dan salon kecantikan telah mereka paksa untuk tutup.



Pejabat berwenang enggan merespon peringatan Jamaat-e-Islami kepada turis karena para pelancong telah membangkitkan bisnis di Srinagar dengan rumah apung dan hotel yang telah dipesan musim panas ini.



"Ini isu yang sangat sensitif dan saya tidak berhak untuk berkomentar," kata direktur departemen pariwisata Talat Pervaiz kepada AFP.



Kurang lebih 110 pemuda tewas akibat bertikai dengan pihak keamanan pada 2010 ketika Srinagar memberlakukan jam malam.



Sekitar 1,3 juta turis yang kebanyakan warga India berkunjung ke Kashmir pada 2011.



"Ini sangat mengejutkan dan waktunya tidak tepat. Kami memasuki musim yang bagus dan semoga hal ini segera berakhir," kata sopir taksi Abdul Rashid.

sumber: antaranews

0 komentar:

Posting Komentar